Sabtu, 23 April 2011

Kain Misris

Kain Misris 2011
Ukuran 250 x 100 cm
Harga Rp.200.000

misris 01
misris 02


misris 03

misris 04

misris 05

misris 06

misris 07

misris 08

misris 09

misris 10

misris 11
misris 12




misris 13

misris 14

misris 15

misris 16

misris 17

misris 18

misris 19

Souvenir Jepara | Tenun Troso

Kami menawarkan berbagai jenis Handicraft dan Souvenir Jepara Kerajinan kain ikat (tenun troso). Kami menawarkan Produk Souvenir Jepara dengan harga yang Kompetitif dan dengan Desain Eksentrik dan Unik, untuk kepuasan anda.
Berlokasi di Desa Troso, Jepara, Jawa Tengah, sebuah desa kecil yang sudah dikenal sejak dulu kala dengan tenunnya yang telah menjadi salah satu sentra kerajinan tenun dan kain ikat yang khas dari jepara.
Produk Souvenir Jepara
Produk Souvenir Jepara yang Antik dan Sangat Unik dengan Desain eksentrik dan motif yang bermacam-macam,tanpa meninggalkan nilai Seni, yang di buat oleh Pengrajin tenun. Cocok dengan anda yang berjiwa Seni.
Kualitas Souvenir Jepara
Tanpa meninggalkan Kualitas dan nilai Seni, dengan Harga Kompetitif. Dengan Desain antik menambah kesan magis, kami akan terus mengembangkan Produk Souvenir Jepara dengan berbagai macam Desain yang bisa menambah koleksi jg hiasan rumah anda.

Sentra Tenun Troso

Untuk pengisi libur, Anda bisa mencoba mengunjungi Sentra Kerajinan Kain Tenun Desa Troso, Kecamatan Pecangaan, Jepara. Kita akan bisa melihat langsung proses pembuatan kain tenun dan berbelanja kain tenun aneka warna dan fungsi yang dijual di toko di sepanjang jalan desa.
Perjalanan menuju desa tersebut tidak terlalu sulit karena posisi sentra industri tersebut yang berada di pinggir jalan utama menuju Jepara. Jika tidak menggunakan kendaraan pribadi, perjalanan dapat dimulai dari Terminal Terboyo, Semarang, dengan menumpang bus jurusan Semarang-Jepara. Setelah sekitar satu jam berkendara, kita bisa minta diturunkan di gapura desa dengan motif tenun bertuliskan “Selamat Datang di Sentra Tenun Troso”.
Lalu perjalanan bisa dilanjutkan dengan menumpang angkutan pedesaan berwarna biru jurusan Pecangaan-Bugel-Jepara. Angkutan yang mangkal di sebelah utara kompleks Walisongo dan Pasar Pecangaan itu berangkat dari Pecangaan, melewati Desa Troso yang di kanan-kirinya terdapat unit-unit produksi dan penjualan kain tenun.
Tidak terlalu sulit untuk menemukan perajin tenun yang sebagian besar bengkelnya berada di dalam gang kampung. Kita bisa mengikuti suara berisik yang ditimbulkan oleh alat tenun bukan mesin (ATBM). Kita juga dapat melihat dari benang-benang yang dijemur di depan rumah perajin. Mereka pun dengan ramah akan mempersilakan Anda untuk melihat proses produksi.
Jika berminat, kita pun bisa membeli hasil kerajinan langsung dari perajin. Tentu, bakal ada selisih harga dengan kain tenun troso yang dijual di toko-toko di pinggir jalan desa.
Proses panjang
Seperti dijelaskan oleh Wawan Kurniawan (25), salah satu perajin, dari benang hingga menjadi lembaran kain sedikitnya diperlukan empat proses pengerjaan. Proses dimulai dari menter atau mewarnai. Dalam proses ini, benang diwarnai sesuai keinginan untuk kemudian dijemur. Berikutnya, proses spul atau benang digulung kecil. Proses ketiga, benang dicucuk atau dipasang ke alat tenun bukan mesin. Proses yang terakhir adalah penenunan.
Walaupun bersifat industri rumah tangga, kain tenun troso tersebut telah membawa harum nama Indonesia hingga ke penjuru dunia.
Tenun troso dikenal di Australia, Jepang, Kanada, hingga Amerika. Menurut Norhuda (38), salah seorang perajin, pada saat krisis ekonomi global memukul sektor kerajinan tidak terkecuali mebel jepara, para perajin kain tenun troso malahan tidak terpengaruh. Konsumen di luar negeri tetap banyak yang mencari tenun troso akibat penurunan stok di negaranya karena banyak produsen yang tutup terkena dampak krisis.
Satu hal yang menarik, para perajin di Troso juga menyediakan kain tenun dengan motif berbagai daerah seperti motif toraja dan lombok. Dengan begitu, kita pun tidak perlu jauh-jauh ke Lombok atau Toraja jika ingin mendapatkan tenunan bermotif khas daerah tersebut.
Karenanya, datang saja ke Troso, opo wae ono….

Buah Tangan Tenun Ikat Troso Jepara

“Corak Troso sangat disenangi para turis asing dan domestik.”
Siapa pun yang hendak berbelanja ke Jepara, Jawa Tengah, selalu teringat dengan kerajinan furniturnya. Namun, nanti dulu. Jepara bukan semata kota dengan tumpukan aneka ukiran semacam sofa, dipan, dan meja antik.
Tangan-tangan terampil orang Jepara juga mampu membuat berbagai kerajinan lain, semisal tenun. Lihatlah di Desa Troso, Kecamatan Pecangan. Di desa yang berjarak 16 kilometer dari Kota Jepara itu terdapat aneka hasil kerajinan tenun, terutama tenun ikat.
Karena diproduksi di Desa Troso, tenun tersebut dinamakan tenun ikat Troso. Untuk menuju Desa Troso, pengunjung dimudahkan dengan petunjuk gapura besar melingkar di tengah jalan pada ujung pertigaan Jalan Semarang-Jepara. Tulisannya jelas: “Sentra Tenun Troso”.
Tenun ikat Troso memiliki berbagai corak yang sangat berbeda dengan tenun ikat Bali, Lombok, Asmat, Toraja, Pedan, dan Yogyakarta. Berbagai inovasi corak terus dilakukan untuk memenuhi pasar.
Ada ratusan corak tenun ikat Troso yang dimiliki para perajinnya. Setidaknya ada 50 corak khas Troso yang kini dijaga keasliannya, seperti corak ikat lusi, ikat pakan, dan lurik.
Sepanjang jalan menuju Desa Troso, berdiri sekitar 30 toko dan outlet sebagai pusat belanja kain ikat tenun Troso. Pemerintah Kabupaten Jepara menjadikan sentra tenun Troso sebagai tempat belanja wisata kain dan fashion setelah mebel ukir.
Hampir tiap hari, sentra belanja itu tidak pernah sepi pengunjung. Mereka datang dari berbagai kota, dan termasuk para turis asing. Sebagian besar para pengunjung yang singgah di sentra itu selalu menyempatkan belanja tenun lurik atau tenun ikat Troso sebagai buah tangan.
Alasannya, di sentra ini berbagai corak tenun ikat ditawarkan. Lihatlah di toko Dewi Shinta milik Haji Hisyam Abd Rahman. Di sana dia menawarkan tenun ikat lusi, ikat pakan, dan lurik. Bahannya terbuat dari kain katun sampai sutra. “Corak Troso sangat disenangi para turis asing,” kata Hisyam kepada Tempo.
Hisyam berusaha mendesain kain- kainnya secara aplikatif dari berbagai daerah, seperti corak Flores, Sumbawa, Lombok, Yogyakarta, Solo, Pekalongan, dan Kupang. Corak yang dibentuk oleh garis dan warna itu bisa membentuk motif yang sangat beragam.
Dagangan Hisyam meliputi kemeja, kebaya, selendang, kain jarik, kain sarung, dan segala kain fashion. Juga untuk jenis interior, taplak meja, tatakan makan, hiasan dinding, sarung bantal, sajadah, karpet, jok kursi, hingga aksesori lainnya. Harga yang ditawarkan mulai Rp 50 ribu sampai Rp 400 ribu.
Hisyam juga memproduksi tenun aplikatif sutra dan katun untuk masyarakat kelas atas, dengan harga Rp 1-2 juta. “Omzet penjualan toko bisa berkisar Rp 12,5 juta per hari,” ucap Istikhomah, istri Hisyam. Jika keseluruhan omzet per tahun Rp 3 miliar, “Keuntungan kami berkisar 25 persen”.
Di toko itu juga digelar produk sampingan buatan Hisyam, yakni kain batik printing dan tulis. Karena Hisyam belum memiliki pembatik sendiri, ia menjalin kerja sama dengan pembatik Solo dan Pekalongan. Produk batiknya berupa kemeja, kain kebaya, dan produk fashion lainnya. Desainnya dibuat sendiri, di antaranya ada kombinasi corak Pekalongan diperkaya warna tenun, seperti ikat, bordir, dan jumputan.
Tak jauh dari sana, ada Toko Limo Application milik Haji Abdul Jamal. Di toko ini disediakan tenun dengan berbagai produk dan aplikasi dari katun, sutra, poliester, dan rayon. Harga yang ditawarkan di outlet beragam, seperti kain gorden berbahan katun Rp 35 ribu per meter, kain baju Rp 25 ribu per meter. Sutra mulai Rp 100 ribu per potong hingga termahal Rp 1,5-2 juta per potong. “Omzet penjualan keseluruhan kami Rp 70-100 juta per tahun,” kata Jamal.
Menurut Kepala Bagian Informasi dan Komunikasi Kabupaten Jepara Hadipriyanto, para pengusaha tenun Troso juga memproduksi motif etnik dari berbagai daerah, mulai motif tradisional, klasik, sampai diversifikasi produk sutra dan tenun. “Ini yang menjadikan tenun Troso tetap eksis, meski kondisi perekonomian terguncang,” kata Hadipriyanto.
Ya, pasang-surut lurik Troso melewati waktu. Masa booming terjadi pada 1980-an. Untuk menaikkan pamor lurik, pada 1986 Gubernur Jawa Tengah Ismail mewajibkan semua pegawai negeri sipil di Jawa Tengah berseragam lurik setiap Sabtu. Krisis ekonomi 1997 sempat menghantam bisnis tenun. “Ketika itu perajin di sini pada tutup,” ucap Haji Ali, pengusaha lurik Troso Indah.
Tak lama tutup, tahun 1998 bisnis lurik kembali bangkit. Bom Bali dan terbakarnya Pasar Tanah Abang juga sangat mempengaruhi pemasaran lurik Troso. Selain omzet turun, pembayarannya tersendat-sendat. “Di Bali, paling cepat baru dibayar 6-12 bulan,” ucap Ali.
Omzet penjualan terbesar diperoleh para pengusaha dengan cara jemput bola ke kota- kota besar. Misalnya, Abdul Jamal lebih memilih daerah pemasarannya di Bali, Lombok, Yogyakarta, Jakarta, Bogor, dan Kalimantan. Sedangkan Hisyam ke Lombok, Yogyakarta, Jakarta, Surabaya, dan Bandung.
Produk mereka, selain dilempar ke pasar-pasar tradisional, yang berkualitas baik juga banyak dipajang di butik, galeri, dan mal. Pemerintah Kabupaten Jepara juga memfasilitasi menyertakan pengusaha tenun lurik untuk berpameran di kota- kota besar dan luar negeri. 

Tenun Troso

Sentra tenun ikat tradisional di Troso merupakan salah satu industri kecil yang memiliki peluang dikembangkan sebagaimana mebel ukir. Meski tidak semaju 1990-an, industri itu tetap memberikan kontribusi dalam pengembangan ekonomi masyarakat Troso dan Jepara pada umumnya. Pada 1997-1998, industri tenun ikat troso terpuruk. Itu tidak lepas dari kondisi perekonomian nasional yang yang memburuk. Akan tetapi, industri yang mengandalkan mesin tradisional itu tidak berarti mati. Pada 2000, industri kerajinan itu mulai bangkit lagi. Pada masa keemasannya hampir setiap rumah di Desa Troso memiliki mesin tenun. Pada 1998 tercatat ada 165 unit dan 2001 turun menjadi 96 unit. Sekarang, jumlah mesin tenunnya meningkat lagi, 114 unit. (Suara Merdeka, 05 Juli 2004).
Meski volume penjualan menunjukkan kecenderungan fluktuatif, tetapi sampai sekarang tenun Troso masih tetap berkibar sebab proses pemasaran tetap berjalan baik. Tidak ada kendala dalam proses produksi. Tidak ada kesulitan menyangkut desain produk maupun peningkatan kualitas. Kualitas produksi relatif baik dan diterima pasar. Tidak ada limbah produksi, sedang tenaga kerja terampil cukup tersedia dan mudah didapat. Namun, UKM tenun Troso mempunyai banyak kelemahan, seperti mayoritas perusahaan perorangan, antara lain terbatasnya modal, belum pernah mendapatkan pembinaan dalam bidang pengelolaan keuangan, pengelolaan sumber daya manusia, dan pemasaran. Sistem pembayaran atas penjualan produk masih secara kredit hingga peralatan produksi masih tradisional. (Harian Kompas, 14 Mei 2007)
Pemasaran produk kerajinan tenun Troso, Kecamatan Pecangaan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah hingga kini masih terfokus pasar domestik, padahal potensi untuk memasarkan produk ini ke luar negeri sebenarnya terbuka. (Kapanlagi.com, 25 September 2006)
Kain Troso dibuat dengan alat tenun tradisional (non-machine). Proses produksi dari benang menjadi kain yang mempunyai nilai seni tinggi dilakukan dengan ketrampilan yang diwariskan turun-tenurun oleh masyarakat desa Troso Kabupaten Jepara.
Tenun Troso menghasilkan kain jenis misris, antik, sutra dan natural dengan berbagai corak. Salahsatu keistimewaan tenun Troso adalah mempu mengadaptasi berbagai corak dari berbagai budaya baik nasional maupun internasional.

Proses Produksi Tenun Troso

I. PENDAHULUAN
Untuk rencana membuat dan Proses produksi tenun ikat , yang dipersiapkan dahulu adalah mesin ATBM, alat mengeteng benang dan lain-lain. Dalam membuat dan Proses produksi tenun ikat harus ada rencana (planning), bahan-bahan yang diperlukan dan rancangan dalam Proses produksi tenun ikat . Misalnya benang apa yang digunakan, lebar/panjang berapa yang dibuat, nomer berapa sisir yang digunakan.
Membuat Tenun Ikat ada 2 macam :
1. Tenun ikat lusi
2. Tenun ikat pakan
II. PEMBAHASAN
A. PROSES MEMBUAT TENUN IKAT
1. PROSES IKAT LUSI
Cara kerja:
· Benang ditarik ke atas paralon yang ada pakunya.
· Kemudian benang dimasukkan ke sisir/papan silangan. Setelah itu, masukkan ke mata gun (satu di luar dan satunya di mata gun).
· Benang ditarik, baru diikatkan pada besi ketengan. Setelah itu, diinsur (diawil/disusun) atas bawah, ketengan dalam posisi terlentang horizontal/rata. Sekalian nomer putaran diatur ulang mulai nol, baru benang disusun/dirapikan treng-trengannya.
Setelah posisi nol, benang siap diputar sebanyak yang diinginkan. Sebelum benang digunting/diputus, jangan lupa awilan kedua. Setelah diawil, benang diputus dan ujung benang disimpulkan. Lalu dililitkan pada treng-trengan.
Setelah benang penuh/sesuai keinginan, Plangkan diturunkan. Barulah masuk pada pembuatan gambar dan motif. Benang yang sudah digambar, diikat sampai selesai. Baru benang dilepas dari Plangkan. Untuk melepaskan benang dari Plangkan, tali raffia diikatkan pada besi Plangkan. Baru dimasukkan pada benang awilan pertama. Lalu dilepas secara perlahan, setelah itu, masuk pada proses pencelupan/pewarnaan.
a) Proses Pencelupan
Benang dicuci terlebih dahulu dengan deterjen maupun sabun dan air panas. Baru dipukul-pukul biar airnya menyerap sampai ke benang bagian dalam. Biar proses pencelupan berjalan dan hasilnya lebih bagus.
b) Proses Ngerambang/Perpaduan Warna
Setelah proses pencelupan selesai, benang sudah kering lalu kita ngerambang benang. Maksudnya untuk memadukan warna.
Caranya adalah:
* Benang yang sudah diwarna kita gantungkan pada bambu kemudian benang kita rapikan.
* Tali raffia kita ikatkan pada bambu dengan kencang dan kuat untuk dimasukkan dalam benang.
* Kita ikatkan lagi tali raffia, yaitu 2 utas tali raffia untuk awilan bagian atas.
* Setelah itu, dua tali raffia berikutnya untuk awilan benang bagian bawah untuk bagian luarnya.
* Benang yang sudah dirambang diberi nomer. Biar nanti kita tidak susah mencari letaknya.
* Setelah ngerambang selesai, barulah masuk proses pembongkaran.
* Proses pembongkaran Ikat Lusi sama halnya dengan Ikat Pakan. Yaitu benang dimsukkan ke dalam alat bongkaran menurut nomer masing-masing kemudian dirapikan. Ujung benang diikatkan pada kayu bongkaran yang ada di tengah. Setelah benang rapi, treng-trengan dibuka pelan-pelan kemudian benang treng-trengan dinaikkan pada alat boom. Masukkan pada sisir sebelum diikatkan pada kayu penggulung, motif/gambar harus dirapikan biar bagus. Setelah diikatkan dan dirapikan dengan sisir, kemudian benang disangkutkan pada balok yang ada pakunya. Dan saatnya proses diboom.
2. PROSES IKAT PAKAN
Benang dipersiapkan pack-packan/kones dan disepul sebanyak 50 -60 Sepul.
Selain selain alat sepul tradisional, bisa juga menggunakan mesin dynamo bagi yang sudah mampu. Setelah sepulan sudah siap, rak sepulan benang dan alat ngeteng dipersiapkan.
Benang dimasukkan pada skesel (gantungan benang) sebanyak yang kita inginkan.
Setelah itu, benang ditarik kemudian masukkan pada sisir atau papan selangan (satu di atas dan satu di bawah). Lalu dimasukkan ke mata gun (satu di luar dan satu di dalam mata gun).
Kalau semua benang sudah masuk ke mata gun, benang ditarik kemudian disimpulkan pada besi Plangkan. Baru benang siap diketeng. Untuk mengeteng, Ikat Pakan tidak bisa dipakai alat hitung (conter). Kita harus memakai pikiran (insting) yang cermat dan cerdas.
Benang yang sudah dimasukkan di tempat sepul/ditarik ke silangan terus ke gun. Kemudian benang diikatkan pada besi Plangkan.
Benang diketeng antara 100 sampai 105 Treng sesuai yang diinginkan. Setiap treng juga menurut keinginan sendiri. (setiap treng antara 2 sampai 4 tumpuk).
Untuk gambar/motif juga bebas sesuai kreasi sendiri-sendiri. Setelah digambar kemudian diikat dan setelah sudah jadi benang dilepas dari Plangkan seperti gambar di atas.
Untuk melepas benang dari Plangkan, antara proses Ikat Lusi dengan Proses Ikat Pakan sangat berbeda. Untuk Ikat Lusi, yang dilepas/dibuka adalah besinya. Sedangkan Ikat Pakan itu bagian yang dibuka/dilepas adalah bagian samping atau kayunya. Lihat gambar sebagai berikut.
a. Proses Pewarnaan
Benang yang sudah diikat tadi, direndam dan dibilasi dengan sabun ditambah air setengah panas. Kemudian dikopyok dan dipukul berkali-kali supaya benang yang di sela-sela ikatan bisa terserap air. Lalu diperas supaya kadar sabunnya hilang ±50% kemudian diulangi lagi dengan air yang banyak supaya air sabun betul-betul hilang lalu diperas (dihilangkan kadar airnya paling tidak kira-kira ±25%). Selanjutnya pewarnaan.
Untuk pewarnaan, kita bisa menggunakan warna alam ataupun obat lainnya. Misalnya Naptol, Indantren, Sliper (Sulfur), Direx, Base dan lain-lain.
Untuk pencelupan dapat juga dilakukan berkali-kali, mau 2-4 kali terserah keinginan kita.
Setelah pewarnaan selesai dilakukan, benang dijemur sampai kering, dan ikatan-ikatan pada motif bisa dilepas/dibuka dengan Solder biar benang tidak putus jika ikatan-ikatan raffia dilepas.
b. Proses Pembongkaran Ikat Pakan
Sebelum masuk proses pembongkaran, terlebih dahulu benang dibentangkan dahulu. Setelah itu, diawil silang tiap treng-trengnya sebelum dibongkar. Kemudian masukkan dalam alat bongkaran.
Setelah benang selesai dibongkar menjadi heng-hengan, benang sudah siap untuk ditenun.
c. Mempersiapkan Lusi Untuk Ditenun
Benang heng-hengan sebanyak kemampuan kita, entah 5 atau 10 kg. pembagian bebas, entah membagi 5-7 kemudian dicuci dengan air panas ditambah air sabun diputar (digiling) dengan tangan sampai basah dengan rata lalu dibilas sampai sabunnya hilang.
d. Proses Pewarnaan Ikat Lusi
Proses pewarnaan Ikat Lusi sama seperti Proses Ikat Pakan. Ingin pakai warna Naptol, Indantren, Base ataupun Sliper. Selesai pewarnaan dibilas dengan air bersih untuk menghilangkan sisa-sisa zat warna kimia yang bisa merusak benang.
Supaya benang tetap keras (tidak lembab), benang yang sudah diwarna/motif dan dicuci, dimasukkan ke dalam larutan kanji (Tepung) yang dicampuri Sampoo, minyak kelapa, minyak tanah, Ramasit lalu diperas kira-kira kadar air tinggal 25%. Kemudian dijemur dikethek-kethek supaya benang tidak kusut, sehingga nyepul ataupun yang nenun tidak mengalami kesulitan.
e. Proses Boom
Benang dimasukkan didalam Sekesel satu per satu. Benang ditarik ke silangan kita kumpulkan jadi satu ujungnya disimpulkan. Kemudian disangkutkan pada paku. Digulung menurut keinginan masing-masing. Misalnya 100 gulung atau 50-20 kali.
Sebelum mengeboom kita harus mempunyai rencana, mau pakai sisir berapa, ingin lebar berapa dan ingin panjang berapa, semua harus dihitung atau direncanakan dahulu. Proses mengeboom itu seperti proses mengeteng Ikat Lusi.
Sepul yang ada di Sekesel ada 200 Sepul. Sedangkan rencana mau buat kain 1 Meter, sisir yang digunakan adalah 70, jadi 70x20x2=2800 Helai benang ditambah 200 Helai untuk Persiapan. Seumpama Ikat Pakan lembab, berarti kita menyiapkan benang 3000 Helai. Ketika kita menggulung, 1 kali menggulung hanya 200 Helai benang.
Berarti kita harus menggulung sebanyak 15 kali. Jadi 15×200=3000 Helai benang dipindah ke boom kecil yang ditempatkan ke ATBM. Mengeboom bisa juga dibilang menjejer benang, yang banyaknya menurut keinginan kita masing-masing.
Setelah boom kecil masuk ke ATBM, kita harus mengetahui berapa banyak gun yang dipakai. Seandainya di atas 2000 Helai benang, kita harus pakai gun baris 4, jikalau hanya di bawah 2000 Helai pakai gun baris 2.
Untuk memasukkan benang (menyucuk benang) di ATBM. Gun yang sudah terpaku pada bingkai ditarik ke belakang dimasukkan benang satu persatu sampai selesai. Saat nyucukkan benang, posisi sisir harus dibalik diatas. Saat digerakkan/digoyang, posisi sisir di bawah.
B. PROSES PEWARNAAN
1. Proses Naptol
Siapkan 2 ember besar, satu untuk obat dan yang satunya garam. Kalau kita menggunakan Naptol, Obat+kustik (Caustic) dilarutkan dengan air yang mendidih. Setelah larut semua ditambahkan dengan air biasa dengan ukuran secukupnya sampai benang tenggelam. Setelah itu, diangkat dan diperas tuntas kira-kira kadar air 25%. Terus dimasukkan ke dalam ember ke-2 yang berisi garam/obat garam sampai proses dari obat-garam-obat-garam. Prosesnya sama.
* UNTUK WARNA NAPTOL
Obat : AS ASG ASBO ASBS ASD ASOL ASLB ASD
Garam : MB MR MGG Biru B Biru BB M. GC VIOLET
Kalau Base prosesnya sama dengan Naptol, hanya harganya agak murah/lebih murah. Cuma campuran agak banyak. Ada Nitrit, air keras (Cuka). Setelah mengeluarkan warna yang ditentukan, kemudian dibilas dengan air supaya sisa warna betul-betul bersih.
2. Proses Indantren
Indantren adalah gabungan antara warna dengan hidrus sulfit dan kustik (Caustis).
Caranya adalah : Persiapkan air mendidih 50%, air biasa 50%, dan dalam perbandingan [ Wenter(warna) 1 : Kustik 1 : Hidrus 2].
Dilarutkan dengan air mendidih 50% ditambah air biasa 50% diaduk rata. Untuk hidrus sebelum air mendidih, jangan dulu dibuka. Begitu juga ember harus kering. Karena 5 menit saja terbuka Hidrus tidak dapat bereaksi menghasilkan warna. Begitu juga kalau kita tumpahkan ke dalam ember yang basah tidak bisa menghasilkan warna.
Warna Indantren adalah :
Green B, Olip Green, Olip T, GCN, Pink, Blue RSN, Blue RS, Bron BR.
3. Proses Sliper (Sulfur)
Proses pewarnaan sliper ada 2 cara, yaitu :
a. Cara seperti Indantren.
b. Cara direbus sampai mendidih. Artinya benang dimasukkan air dalam keadaan mendidih dan biasanya menghasilkan warna hitam. Setelah itu, baru dibilas dengan air cuka. Diulangi dengan air sabun, baru terakhir dibilas dengan air biasa, karena air cuka adalah air keras.
4. Proses Direx (Prossion)
Untuk proses Direx (Prossion) ada beberapa cara :
a. Warna Direx (Prossion) ditambah Soda AS dilarutkan dengan air panas. Kira-kira air panasnya 20-50% panasnya, ada juga yang 75% panasnya lalu dibilas dengan air Viksanol.
b. Warna Direx + Soda Kue dilarutkan dengan air panas ditambah air biasa. Masukkan benang, diangkat, dijemur di rak, kemudian dicuci dengan air dingin yang sudah dicampur Viksanol untup menutup Warna biar tidak luntur.
III. PENUTUP
Demikianlah penulisan Karya Tulis ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam karya ini. Untuk itu kritik dan saran sangat diharapkan demi kesempurnaan karya tulis, dan semoga Karya Tulis ini bisa bermanfaat buat kita semua. Penulis mengucapkan terima kasih atas Karya tulis Proses produksi tenun ikat .